Deras

Hujan itu selalu turun dengan jujur.
Jatuh begitu saja disertai rasa syukur.
Tapi terkadang ada beberapa hujan yang ditemani oleh jiwa yang hancur,
ataupun air mata yang tengah bersahabat dengan hati yang lebur.

Seperti dulu,

Aku terluka kembali oleh kebodohanku perihal mengendalikan rasa.
Rasa yang selama ini menjelma menjadi perhatian,
dan rasa yang selama ini ku konversi menjadi kehangatan.

Tapi itu dulu,

Aku yang sekarang ingin sedikit lebih cerdas dalam menyikapi setiap senyum,
menyadari bahwasanya senyummu adalah milik umum.
Karena aku sadar, bunga itu tak seluruhnya harum.


Sekarang,

Aku mulai merintis bahagia dengan segala yang ku punya.
Walaupun kamu tak ku miliki raga dan hatinya,
setidaknya kamu pernah menjadi inspirasiku untuk berkarya.


Karena Randu,

akan tetap menjadi Randu.
Tumbuh semakin tinggi, berbuah tak jemu-jemu.
Walaupun bukan kamu,
penikmat tulisanku akan tetap membaca karyaku.

Semoga semesta menyayangimu~


Salam, Randu.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk

Antariksa

Kemangi