Tanda

Kuhisap tembakauku yang ujungnya tersulut api,
Mengisi setiap rongga peparuku yang kian dilanda sepi.
Hingga penuh sudah dadaku dipenuhi asap,
hingga perasaan sadarpun akhirnya hinggap.

Ya, peparuku terisi. Hatiku kosong melompong.

Hatiku tak terisi,
tapi di benakku penuh kenangan tentangmu yang selalu menghiasi.
Ragaku tak lagi dalam dekap,
tapi hangatnya pelukmu masih teringat dengan lengkap.

Padahal sudah kulakukan kegiatan-kegiatan yang menyibukkan,
tapi potongan memori tentangmu masih saja memabukkan.
Padahal sudah kulakukan kiat-kiat melupakan,
tapi potongan rindu padamu malah makin memperkuat ingatan.

Semakin keras aku berusaha, semakin aku gagal.
Semakin keras aku melupa, kangen ini makin kental.
Apakah aku terlalu menaruh rasa?
Ataukah memang aku terlalu mencinta.

Yang pasti, kepergianmu membuatku tenggelam.
Sesak menghimpit pada tembok lusuh nan kusam.
Hatiku lebam,
Jiwaku dilanda suram.

Kini, aku masih saja menjaga rindu.

Tak masalah, kan?


Ah, sudahlah.
Semoga semesta menyayangimu.


Salam, Randu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk

Antariksa

Kemangi