Teruntuk
Dulu pernah,
Kita adalah rindu-rindu yang mengumpul pada suatu rasa yang persis.
Sekarang terjadi,
Kita menjadi rindu-rindu yang hanya sebatas imajinasi dalam keepulan asap.
Dulu pernah,
Kita adalah reraga yang saling ada ketika salah satu sedang menangis.
Sekarang terjadi,
Kita menjadi reraga yang saling bersembunyi dalam gelap.
Dulu pernah,
Kita adalah jiwa-jiwa yang saling menyebutkan nama dalam doa tersusun manis.
Sekarang terjadi,
Kita menjadi jiwa-jiwa yang saling terdiam dan bersembunyi dalam harap.
Dulu pernah,
Kita adalah insan-insan yang mencoba agar hati dan lisan tetap segaris.
Sekarang terjadi,
Kita menjadi insan-insan saling menjauh dalam langkah dan derap.
Teruntuk kamu, terimakasih untuk semua kisah manis walau ditutup oleh perpisahan penuh tangis.
Tetiba saja, kamu pergi tanpa alasan hanya dengan memberi sedikit penjelasan.
Tak ada satupun pesan-pesanku yang kamu baca.
Atau mungkin aku kembali menjadi pria mencoba selalu ada, terlupa, kemudian terluka?
Ah, sial.
Bahkan aku kehilangan inspirasi untuk menulis. Haruskah aku membohongi pembacaku bahwasanya kisah kita berakhir manis?
Sejuta tanya mengepul bersama asap tembakau bergulung kertas yang terbakar.
Mencoba menanam kembali pohon rasa yang hampir mati tanpa akar.
Masih ingat, ketika kau bilang bahwa aku adalah seseorang yang takkan kau lupa?
Ternyata yang selalu ada akan kalah oleh yang serba ada.
Pesanku, tak perlu kembali datang dan menjadi rerintik rindu yang jatuh jarang-jarang.
Selepas kepergianmu kelain kalbu, aku akan mencoba menata kembali perasaanku.
Jangan lupa bahagia, semoga semesta menyayangimu~
Dari aku yang akan tetap menjadi aku.
Randu
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusko aku ngerasa ada di posisi kaka yak? :'D
BalasHapusmungkin kita sehati hahaha
Hapus👍👍
BalasHapusthanks
Hapus:) (y)
BalasHapusterimakasih :)
HapusJejak
BalasHapusIh ganteng deh wkwk
BalasHapusmaacih
HapusAye
BalasHapusuye
Hapussiap!
BalasHapus