Bersawala

Rerintik hujan turun lagi, membasahi kembali kering rindu yang lama sudah tak kamu sambangi.
Aku tengah bersenandika, soal bagaimana perkara cinta kita. soal bagaimana kisah ini harus berlanjut, ataukah berakhir pada kondisi hati yang carut-marut.
Tanggal jadian kita masih terlingkari jelas pada almanak yang tertempel pada dinding.
Tapi kini tak ada satupun pesan atau telepon darimu yang membuat gadgetku berdering.
Ketaksaan hubungan kita membuat aku semakin sulit mendefinisikan sikapmu akhir-akhir ini. Entahlah, kamu lebih gampang marah.
Hai, cinta.
Kenapa kamu berubah? Apa ada yang salah? Kumohon, katakan. Jangan tetiba begitu.
Tahukah kamu, betapa sulitnya menahan dan mendiamkan kalbu dan logika yang bersawala.
Dan lagi, aku tak berani mengungkapkanya. sama seperti ketika aku dengan diam-diam menyukaimu.
Haruskah aku mengataknya? Ataukah cukup hanya dengan berucap pada dian-dian kota yang gemerlap?
Sosokmu yang terlihat nirmala ternyata mampu menggoreskan begitu banyak luka.
Hai, cinta.
Tenang saja, aku tak apa. Tak bersamamu pun tak apa.
Walaupun baru saja aku melihat di lini masaku ada rentetan komentar romantis di foto yang kau unggah di akunmu.
Oiya, terimakasih sudah menjadi inspirasiku dalam setiap hasta karya yang aku tuangkan pada pena dan papan ketik yang mungkin saja tak pernah kau baca.
Terimakasih
Semoga semesta menyayangimu.

Salam, Randu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk

Antariksa

Kemangi